We Meet Each Other By A Reason

Ini sebenernya cerita di pertengahan tahun 2019 yang lupa mulu buat dipost haha.

Gue selalu percaya dengan yang namanya "kekuatan relasi dan jaringan". Di sekitar gue, bahkan gue sendiri, pernah mengalami hal-hal yang ga pernah terbayangkan sebelumnya (in positive way off course), karena relasi kita dengan orang lain. Bukan berarti kerja keras dan skill itu gak perlu, tapi identitas kita sebagai mahluk sosial yang harus bersosialisasi dengan orang lain emang gak bisa dipungkiri. Ditambah lagi dengan fakta, bahwa di dunia ini nggak ada yang kebetulan.

Di bulan Juni kemarin, salah satu senior gue di UKM yang gue ikutin saat ini, ngehubungin gue dan minta gue jadi moderator di acara bedah bukunya. Berhubung gue adalah tipe orang yang tidak pernah berpikir panjang dalam mengambil setiap kesempatan yang datang, akhinya gue bersedia. Karena kita gak akan pernah tau, di kesempatan mana "kotak pandora" kiata bakal kebuka. Jadi, tiap ada kesempatan untuk mengeksplor diri dan ketemu sama orang baru, gue gak akan mikir 2x.

Singkat cerita, beberapa hari sebelum pelaksanaan acaranya, gue ketemu sama senior gue tersebut di kliniknya daerah Sukajadi, Bandung.  Masuk ke kliniknya, gue kaget, ternyata selain penulis, beliau juga jadi terapis di bidang Hollistic Accupressure dan Herbalist  dan trainer yang menerima konsultasi terakiat permasalahan-permasalahan sumber daya manusia. Dalem hati langsung ngomong "wah gokil, keren banget akang satu ini".Sambil meeting, beliau banyak cerita tentang pengalamannya selama kuliah S1 (yang ternyata kita satu jurusan wow), dan S2 di USA. Beliau ngambil jurusan Metafisika Sains dan Hipnoterapi Klinis di 2 universitas yang berbeda di USA. 2 univ yang berbeda. Oke siap. Selama kita cerita-cerita, yang gue tangkep, beliau termasuk orang yang tingkat kuriositasnya tinggi dan selalu tau apa yang beliau mau. Kalau untuk kecerdasan, rasanya gaperlu ditanyakan lagi lah ya. haha

Salah satu hal yang menarik dari cerita beliau adalah alasannya memilih gue jadi moderator di acara bedah bukunya. Fyi, buku itu adalah buku pertama beliau dan gue gapernah jadi moderator bedah buku seblumnya. Sempet kepikiran di otak gue, kenapa beliau "nekat" meminta gue jadi moderator di acara tersebut, dimana itu adalah "hajat" penting beliau dan itu adalah buku pertama! 
Dan katanya "aku milih wistha, ya karena intuisi aku bilang pilih wistha. as simple as that. karena saya udah jarang berpikir ngandelin logika, tapi sekarang saya lebih mengandalkan intuisi saya".
Waw. Sesimpel itu alesannya.Tapi pas sampe di kosan, gue mikir, seandainya gue gak pernah kenal dan gapernah kontakan sama beliau, tetep aja, gamungkin ada list nama gue di otaknya yang bisa memunculkan intuisi untuk memilih gue jadi moderator.

Beliau juga sempet cerita tentang latar belakang dia kenapa bisa kuliah jurusan metafisika di USA. Pas masih kuliah dulu, beliau pernah jadi protokoler dalam acara internasional yang diadain di salah satu hotel di Kota Bandung.  Waktu itu, ada anak pejabat dari luar negeri (hmm gue lupa negaranya apa LOL), yang dateng dan ngobrol sama senior gue ini terkait metafisikaa. Lalu, bapaknya (pejabat luar negeri) itu denger percakapan mereka dan ngasih kartu nama ke senior gue ini. Intinya pejabat ini bilang kalau tertarik mendalami metafisika, bisa neghubungin dia, karena dia punya semacam link untuk kuliah metafisika di USA. Nah, 7 tahun kemudian, saat kondisi ekonomi lagi down, senior gue ini kepikiran buat kuliah lagi.  Dan teringat sama kartu nama yang dulu pernah dikasih sang pejabat. Akhirnya senior gue ngehubungin kontak di kartu nama itu, ada kesempatan beasiswa, melewati banyak tes, dan lolos. 

Kadang kita gak nyangka, kalau pembicaraan beberapa menit, atau sejam dua jam yang kita habiskan bersama seseorang bisa berdampak besar untuk kehidupan kita di masa depan. Kita juga gak bisa tahu, kesempatan mana yang bisa menjadi "batu loncatan" besar untuk karir, pendidikan, atau karya-karya kita. Contohnya, pertemuan gue dengan senior gue di siang itu, membuat gue semakin yakin, kalau di dunia ini gaada yang kebetulan. Jujur, itu adalah pertama kalinya gue jadi moderator di acara bedah buku, dan dibayar. :"). 

Pernah juga suatu saat, ketika awal bulan Agustus ada gempa dan posisinya gue lagi di Lembang sama temen-temen gue. Kita super panik dan akhinya memutuskan untuk balik ke Jatinangor. Kita naik grabcar dan driver grabcarnya cerita kalau beliau mau pulang ke Bandung juga tapi uang bensinnya gak cukup karena posisinya dia udah di Lembang, sehingga dia harus dapet orderan untuk ke Bandung. Dan tiba-tiba datanglah orderan gue sama temen-temen gue Lembang buat ke Bandung. Bisa pas kayak gitu ya hahaha. Manaa drivernya juga baik banget karena selama perjalanan beliau ngelawak terus jadi kepanikan kita karena gempa mendadak agak sedikit berkurang. Setiap pertemuan pasti ada alasan khusus mengapa kita dipertemukan, apapun itu, entah itu baik atau buruk, pastinya selalu ada hikmah yang bisa kita dapatkan. 

Happy sunday semuanya!

Comments

Popular posts from this blog

First Timer in: #Jogja

Apakah negatif = buruk (?)