#ceritaWistha: Tentang Overthinking


Gue adalah salah salah satu dari sekian banyak orang yang sering banget merasakan yang namanya overthinking.
Rasanya kayak semua hal yang terjadi dan akan terjadi adalah sesuatu yang wajib gue khawatirkan. Tadinya gue berpikir kalau kekuatiran dan kecemasan gue ini disebabkan sifat gue yang perfeksionis. 
Tapi, semakin dewasa (berasa gue adalah orang yang sudah sangat dewasa), gue mulai paham kalau ternyata yang gue alami dan rasakan itu bukan dampak dari sifat perfeksionis gue, tapi ternyata gue adalah seorang overthinker.
Dua kata itu, perfeksionis dan overthinking tentu memiliki makna yang berbeda. Perfeksionis adalah dimana kita menginginkan segala sesuatunya berjalan sempurna tanpa cacat dengan memastikan persiapan dan pelaksaannya dengan optimal. 
Nah, kalo overthinking, -yang gue rasakan- adalah dimana seseorang takut untuk memulai sesuatu atau memiliki kecemasan berlebih terhadap sesuatu dan ini berpengaruh terjadap pengambilan keputusan. 
Orang yang overthinking biasanya cenderung takut mengambil keputusan karena takut banget sama yang namanya kegagalan. Entah dari dirinya sendiri yang belum bisa menerima kegagalan, atau dorongan dari lingkungan eksternal yang seolah-olah "melarang" dia untuk jatuh dalam kegagalan.
Kalau ada yang nanya ke gue, jadi menurut lo overthinking itu salah atau wajar-wajar aja?
Well, gue bakal bilang overthinking itu adalah sesuatu yang salah, karena efek jangka panjangnya ya tentu bakal memengaruhi kondisi psikis kita atau bahkan hubungan kita dengan orang lain.

Sampai saat ini gue pribadi masih dalam tahap belajar untuk bisa lebih dewasa lagi dalam menghadapi sifat seorang "overthinker" yang gue miliki ini. Gue berusaha untuk yakin dan percaya sama diri gue sendiri dan segala keputusan yang gue ambil. 
Gue sadar, semakin kita bisa mengenal diri sendiri, semakin kita mengeksplor kelebihan kita dan menjalin relasi dengan orang-orang yang satu frekuensi dengan kita. Setelah menerapkan hal tersebut, gue merasa saat ini sifat "overthinker" gue ini makin berkurang.
Kuncinya adalah bersyukur dengan segala yang kita punya sekarang dan harus lebih bijak lagi dalam menyaring perkataan orang yang berbicara tentang kita, tentang mana yang akan kita dengarkan, dan mana yang harus kita buang jauh-jauh.

Dan supaya kita ga takut gagal, belajarlah dari pengalaman. Antisipasi apa yang bisa kita antisipasi. Supaya ngga ada penyesalan, memberikan kemampuan kita yang terbaik dalam segala kesempatan itu pentingg. 
Apapun hasilnya nanti, terima, syukuri dan jadikan pelajaran baru. 
Oh iya, kalau misalnya kalian adalah tipe yang sulit bekerja dalam tim, coba saling sharing sesering mungkin supaya apa yang ada di otak kalian sama anggota tim kalian bisa sama-sama satu frekuensi. 
Selalu optimis dan percaya diri.
Good luck!

Comments

Popular posts from this blog

First Timer in: #Jogja

We Meet Each Other By A Reason

Apakah negatif = buruk (?)