#ExpectationVsReality: Campus Lyfe: Tentang IPK





Waktu SMA dulu, gue adalah salah satu orang yang pengen banget cepet-cepet masuk ke dunia perkuliahan hanya karena 2 alasan yang sangat tidak mendasar:
1. Kalo ke kampus bisa pake baju bebas, ga perlu pake seragam sekolah lagi 
2. Jam belajar di kampus gak sepanjang jam belajar di SMA. (for anyone's sake, saat ini gue sampe kagum sama diri gue sendiri, karena dulu berhasil sekolah dr jam 7 pagi sampe jam 4 sore lalu dilanjut bimbel sampe jam 9 malem)
Sedangkan saat ini, ada kuliah pagi jam 8 aja gue udah semager itu LOL

Berdasarkan dua alasan tersebut, gue semakin terpacu untuk cepat-cepat menyelesaikan masa SMA gue untuk segera masuk ke dunia kampus. Dan, karena gue juga mau merasakan jadi anak kosan, jadilah gue milih kampus yang agak jauh dr rumah HEHE.
(karena emang di deket rumah gue gaada PTN juga si wkkw).
Menurut gue pribadi, alasan gue untuk pengen cepet2 jadi anak kuliahan sama sekali gak salah, karena sistem belajar sekolah (di masa gue dulu) itu sangat melelahkan dan alhasil tiap hari gue harus pulang jam setengah 10 malem, belajar lagi, dan besoknya harus berangkat sekolah jam setengah 7 dalam keadaan yang sangat tidak bugar.
Mungkin memang gak semua anak itu harus bimbel, atau gak semua anak itu harus tidur cukup dan merasa bugar-bugar aja tuh pas sekolah, tapi itu tidak berlaku di gue.

Jadilah akhirnya gue masuk ke dunia kampus. Hal yang cukup menarik perhatian gue dan membuat "semangat" gue kembali terbakar di dunia kampus adalah IPK atau Indeks Prestasi Kumulatif. Oke, katakanlah gue orang aneh bin ambis bin perfeksionis, yang sangat tertantang untuk mempertahankan IPK yang gue "tabur" dari semester 1. Tapi, gue yakin, setiap orang harus punya sesuatu yang bikin dia tertantang, dan bisa meningkatkan kapabilitasnya untuk bisa menyelesaikan tantangan itu. Kalo engga, your life is soOoO flat, men. (Haha ga juga si).
Dan meraih IPK tinggi adalah salah satu "tantangan" yang bikin gue semangatt ku- li- ah.
Bukan untuk pamer, atau biar cepet dapet kerja, atau biar dipandang "wah", but that's pure because I just want to challenge myself. Alasannya lainnya, tentu supaya ortu seneng, karena gue kuliah jauh dan ngekos butuh biaya banyak, at least ada sesuatu yang bisa gue kasih sebagai "laporan" atas kerja keras mereka selama ini. 

Semester 1 dan 2 berjalan lancar. Ya namanya juga semester awal, everything seems still easy, termasuk matkul-matkulnya yang belum terlalu berat. 
Mulai dari semester 3, 4, 5, 6 mulailah negara api menyerang. Karena di semester2 itu, biasanya, mahasiswa, termasuk gue, mulai disibukkan dengan kegiatan-kegiatan organisasi atau kepanitiaan, lomba dan lain sebagainya.
Fokus jadi kebagi-bagi dan masalah manajemen waktu mulai jadi tantangan baru buat gue. 
Hal ini menyebabkan IPK gue turun.
Down? Engga juga si, biasa-biasa aja. Karena gue tau kalau effort yang gue keluarkan di semester itu mungkin masih kurang untuk bisa mendapatkan "segores" A dari dosen yang bersangkutan.
Cuma itu yang  dulu gue pikir sebagai alasan paling masuk akal menjadi penyebab IPK gue turun.

Di semester2 berikutnya, IPK gue turun lagi. Karena menaikkan IPK tidak segampang membalikkan telapak tangan, alias SUSAH BANGET WOY. Tapi disini gue mulai belajar manajemen waktu dan menyusun prioritas, dimana prioritas utama gue adalah kehidupan akademik, bukan cuma tentang IPK, tapi juga menyangkut pemahaman gue tentang penjelasan dosen di kelas, keaktifan di kelas, sama kompetisi yang berkaitan dengan akademik.
Di semester 5, gue ngerasa usaha gue dalam kehidupan akademik gue mulai meningkat dan lebih baik dari semester-semester sebelumnya.
Tapi, pas di akhir, ada bbrp matkul yang menurut gue "i have give my best for you, woy" tapi gue tetep mendapat nilai yang kurang memuaskan.
Bete? Banget.
Gue sebete itu.
Karena ada temen gue yang menurut gue, dia biasa-biasa aja, tapi kok dia bisa dapet nilai sempurna??

Tapi setelah gue pikir-pikir, kayaknya itu semua salah gue yang terlalu berekspektasi lebih. 
Yang namanya belajar dan berusaha itu kan nggak ada yang sia-sia. Ilmu itu semuanya berguna, bukan cuma buat naikkin IPK aja.
Dan, belum tentu juga usaha yang udah gue keluarin, sesuai dengan "standar" yang dimiliki oleh dosen-dosen gue.
Siapa tau, ada orang lain yang memberikan usaha lebih besar dibanding usaha gue.

Sejak itu, gue selalu berusaha untuk tetap berekspektasi tinggi, tapi tidak berlebihan. Usaha itu wajib, tapi apapun hasilnya yang penting gue udah kasih yang terbaik yang gue bisa.
Supaya gak nyesel dan penasaran di akhir.
Maka dari itu, buat yang mau masuk dunia perkuliahan, atau sedang menjalani dunia perkuliahan dan telah merasakan "sedapnya" naik turun IPK, mari kita SE-MA-NGAT!



Lembang, 24 Juli 2019
-Tulisan di tengah-tengah libur magang

Comments

Popular posts from this blog

First Timer in: #Jogja

We Meet Each Other By A Reason

Apakah negatif = buruk (?)